Masa
remaja adalah masa yang sangat rawan. Sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal baru
termasuk dalam hal perilaku seksual tanpa diiringi dengan informasi ataupun
pengetahuan yang memadai mengenai kesehatan reproduksi akan mengakibatkan
terjadinya aktivitas seksual sebelum tercapainya kematangan mental dan
spiritual.
Fenomena
yang berkaitan dengan masalah penyimpangan seksual remaja tercatat pada UNFPA
(Data Kependudukan PBB) yang menunjukkan bahwa setiap tahunnya 15 juta remaja
yang berusia 15-19 tahun telah mengandung anak dan 4,4 juta diantaranya memilih
jalan aborsi yang tidak aman dan dapat merusak rahim. Sementara remaja yang
memilih untuk melahirkan anaknyapun masih beresiko disebabkan usia yang belum
matang untuk mengandung dan melahirkan (path.org).
Bukan
hanya itu, perilaku seks bebas remaja saat ini yang sudah cukup parah terus
merambat kepermasalahan lain yaitu masalah tertularnya penyakit kelamin HIV/AIDS.
Dari total kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada 1 Januari -30 Juni
2012 tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224 kasus AIDS, dengan 45 persen
di antaranya diidap oleh kaum muda (Beritasatu.com). Salah satu sebab utama
perilaku seksual pada remaja disebabkan tidak adanya keterbukaan dalam keluarga
dan pelajaran mengenai pendidikan seks sejak dini
Pendidikan
Seks
Selama ini, jika berbicara soal seks, yang terbersik
dalam benak sebahagian besar masyarakat adalah hubungan seks. Padahal pendidikan
seks menyangkut beberapa hal mengenai dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan
organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan alat kelamin, dimensi
psikologi dan termasuk pula pendidikan mengenai bagaimana menjalankan fungsinya
sebagai makhluk seksualitas.
Namun sayangnya, pendidikan seks
yang sudah sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum sekolah, masih saja berstatus
keadaan pro kontra dalam masyarakat. Hal
tersebut disebabkan masih banyaknya masyarakat yang beranggapan bahwa seks
adalah hal yang tabu dan sangat vulgar
untuk dibicarakan.
Pada
dasarnya, pendidikan seksual bertujuan membentuk suatu sikap emosional yang
sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup
dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Ketidak tahuan
masyarakat mengenai tujuan pendidikan seksual menjadi tembok penghalang yang
harus segera dirubuhkan demi menciptakan generasi muda yang lebih baik.
Jadi,
pendidikan seks sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak
dewasa atau remaja, baik itu pendidikan formal disekolah ataupun pendidikan
informal oleh oreng tua.
Pengenalan
atau pendidikan seks dapat dimulai dengan diskusi santai tentang kesehatan
reproduksi oleh guru Biologi, Agama, ataupun Bimbingan Konseling (BK), dengan
cara yang lebih santai dan pendekatan secara persuasif diharapkan siswa tidak
malu-malu lagi berbicara dan berdiskusi mengenai seks. Membuat seminar-seminar tentang
seks di sekolah dengan mengundang pakar yang lebih ahli dan pakar yang mengerti
dalam urusan gaya hidup remaja sehingga penyampaian informasi dapat lebih
santai dan terbuka.
Referensi
Website
Data Print
0 komentar:
Posting Komentar